Setahun yang lalu beredar di Facebook video siswi SMP di
Jakarta membiarkan teman laki-laki nya menggerayangi tubuhnya dan
direkam oleh temannya. Kemaren penulis pun baru saja menuliskan fenomena
serupa terjadi di Tanjung Pinang, Anak Abg SMP kelas VII menonton video
porno rame-rame di kelas dan kemudian melakukan aktivitas seksual TANPA
malu-malu seperti ciuman, raba-rabaan setelah menonton video itu dan
disaksikan oleh teman-temannya.
Baca: Video Kekerasan Anak SD di Ranah Minang
Kejadian-kejadian tersebut bukan itu
saja, jika kita search di Googling banyak berita kejadian siswa-siswi
setingkat SMP dan SMA melakukan adegan-adegan amoral seperti tindak
kekerasan, adegan seksual, pornografi dan sebagainya di kelas dengan
disaksikan teman-temannya. Bahkan kalau mau menelusuri lebih jauh banyak
beredar videonya di internet. Itu kejadian di sekolah saja, tempat
dimana seharusnya anak-anak aman dari praktek amoral tersebut karena
berada di bawah pengawasan dan didikan para guru yang terhormat dan
mulia.
Kalau kejadian di luar sekolah, wah tak usah dibahas
lagi, banyak berita dan videonya. Anak-anak usia SMP dan SMA dimana saja
diseluruh pelosok negeri ini ternyata memang sudah akut sakit moralnya.
Siapakah yang salah? sudah banyak diskusi dan debat mengenai ini, mulai
dari tuduhan bahwa para orangtualah yang paling berkontribusi sebab
banyak yang tak peduli dengan perkembangan anak-anaknya, lalu ada juga
bahwa guru yang tak profesionalah penyebabnya karena sepertinya guru
sekarang sudah jauh dari hakikat profesi guru itu sendiri, kemudian ada
juga yang menyebut faktor lingkungan yang sudah egoistis, perkembangan
teknologi yang tak bisa difilter, pemerintah yang tidak tanggap dan
sebagainya, semua menurut para pakar punya andil sebagai perusak
generasi muda ini.
Kini, kembali beredar kabar yang paling
menggenaskan. Kabar ini datang dari ranah minang negeri yang katanya
kuat agama dan adatnya. Kalau beberapa bulan lalu mencuat berita adanya
arisan seks oleh pelajar SMA di Payakumbuh, kini beredar video anak SD
kabarnya di sebuah sekolah swasta di Bukittinggi membully teman
perempuannya di kelas. Seorang anak perempuan mendapat tendangan dan
pukulan dari teman-teman sekelasnya dan tidak ada satupun siswa yang
menyaksikan mencoba melerai kejadian tersebut.
Videonya kabarnya
sudah beredar di youtube tapi ketika penulis cari sepertinya sudah
dihapus. Sedang di FB video itu masih bisa kita jumpai karena sudah di share oleh ribuan orang. Kalau belum dihapus vidionya bisa pembaca lihat disini Video Kekerasan Anak SD di Ranah Minang.
Menurut kabar yang beredar latar belakang dibalik kejadian itu hanya
masalah sepele, anak perempuan tersebut tidak mau memberikan uang yang
diminta oleh teman-temannya. Nah, teman-temannya yang merasa "jagoan"
ini kemudian menggeroyok perempuan ini tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Sadis, memang!
Penulis teringat masa-masa kecil penulis lebih
kurang tiga puluh tahun yang lalu, diakui memang prilaku mem-bully ini
sudah ada memang sejak dahulu. Tapi masih pada batas-batas yang wajar.
Paling hanya mengisengkan anak perempuan seperti ditakut-takuti dengan
dilempar cicak, atau paling ekstreem mengintip celana dalam anak
perempuan dengan menggunakan kaca serutan pensil yang ditaruh di tali
sepatu jika sudah ketahuan lalu rame-rame disoraki hiiiiiii warnanya
merah....!" hingga si cewek yang diusili menangis karena malu. Tidak
pernah kami memukul, menendang anak perempuan sedemikian rupa.
Kemudian prilaku ketika SMP dan SMA pun diakui memang sudah ada
ketertarikan kepada seks. Prilaku mengintip anak perempuan pipis di WC,
membaca "buku stensilan" yang dibawa teman, dan sebagainya memang harus
diakui ditahun 80 & 90-an itu sudah ada. Tapi, pada zaman itu tidak
ada prilaku anak-anak yang melakukan adegan ciuman dengan pacar dikelas,
sebab jangankan mencium ketahuan pacaran saja sudah diledekin
teman-teman. Pacaran pun kebanyakan hanya lewat berbalas surat, paling
ekstrem pun kala SMA karena sudah dibolehkan camping, menonton ke
bioskop, itu pun tetap pada batas paling banter hanya pegangan tangan
saja. Itupun sudah luar biasa rasanya!
Namun kini dengan
perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat, drama amoral makin
menjadi-jadi dinegeri ini dan sudah terang-terangan tanpa ada lagi rasa
malu dan bersalah. Para orangtua yang sebenarnya sudah melewati zaman
itu seharusnya lebih peduli pada perkembangan anak-anaknya. Setidaknya
mereka punya pemikiran kisah kelam mereka dimasa lalu harusnya tidak
terjadi pada anak-anaknya. Dengan demikian mereka lebih aktif mengawasi
perkembangan anak-anaknya. Namun aneh, orangtua yang cuek itu kain hari
kian banyak. Merek-mereka ini menganggap tugas mendidik anak adalah
tugas guru di sekolah dan guru ngajinya di TPA sedang mereka hanya
mencukupi biaya nya saja. Salah besar!
Kekerasan memang sudah
menjadi bagian dari kehidupan kita sejak manusia pertama nabi Adam
dideportasi ke dunia. Kitab suci menceritakan bagiamana anak nabi Adam
bernama Qabil membunuh saudaranya Habil karena tergoda bisikan Syetan.
Namun dengan diturunkannya kitab-kitab suci dan nabi-nabi sebagai
penuntun kita seharusnya kita semua mampu mengalahkan bisikan Syetan
dan meminimalisir tindak kekerasan dan amoral dalam kehidupan yang
singkat ini.
Kejadian yang terjadi pada anak SD diranah minang
ini, penulis yakin banyak terjadi dimana-mana. Wahai para orangtua,
bukalah mata hati anda! Tengoklah wajah polos anak-anak anda, jangan
biarkan kotor oleh perkembangan zaman yang kian sadis ini!
Save your Children!