Arti Kampanye Hitam atau Black Campaign
Arti Kampanye Hitam atau Black Campaign
Sudah sering terdengar istilah Kampanye Hitam atau Black Campaign. Apa sih sebenarnya arti atau pengertian Black Kampanye itu?
Pengertian Kampanye Hitam
Secara sederhana kita sudah bisa menterjemahkan arti black campaign dari kata-kata yang tersusun. Kampanye hitam. Hitam di sini mewakili sebuah istilah yang buruk, jelek, intinya patut dijauhi.
Dalam penggunaannya diartikan kampanye yang menjelekkan lawan politik. Namun, sebenarnya juga dapat diartikan sebagai kampanye yang buruk.
Selain berisi kampanye yang menjelek-jelekkan lawan politik, kampanye yang diramaikan dengan goyang porno juga digolongkan oleh para pengamat dan media sebagai kampanye yang buruk. Tapi benarkah kampanye yang demikian cukup disebut kampanye buruk?
Allah Swt –Sang Dzat Maha Berkuasa, Dzat Paling Super (Maha) Tahu, dan Pemberi Sumber Segala Sumber Hukum - adalah Sumber Segala Kebenaran. Bagi kita yang telah mengikrarkan diri bahwa tak ada Ilah (Tuhan) selain Allah, tentu mestinya secara otomatis juga mengakui bahwa Dialah segala Sumber Hukum. Tentu segala perkataan-Nya harus diletakkan di atas segalanya. Termasuk dalam hal ini firmanNya:
“ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
(QS Fushshilat 41 : 33)
Maka karenanya suatu kampanye yang tak terkandung sama sekali kalimat yang menyeru kepada Allah, juga termasuk dalam hal ini seruan untuk menegakkan hukum-Nya, adalah kampanye paling buruk! Tentu sebuah hal yang sangat ironi dan sangat bodoh tatkala ratusan juta rupiah uang dikeluarkan untuk menyelenggarakan kampanye, menyewa lapangan, memanggil artis, membayar “uang bensin” peserta, dan lainnya tetapi hanya mendengarkan perkataan yang sia-sia!
Lihatlah beberapa berita berikut yang memberitakan “penistaan” syariat Islam dalam kampanye (Pemilu).
“Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni meminta para calon legislator atau partai politik menghindari penggunaan ayat-ayat Al Quran dalam berkampanye. Maftuh berharap ajaran agama yang sifatnya abadi dapat dijaga untuk kepentingan lebih luas lagi.” (http://politik.vivanews.com/news/read/43377-ayat_al_quran_jangan_diobral_dalam_kampanye)
Memang jika konteksnya menjual ayat Al Quran adalah sebuah pelanggaran terhadap Islam. Tetapi jika melarang penggunaan Alquran tentu sangat ironi!!!
Berita kedua, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak akan menjual isu syari’at Islam pada Pemilu 2009. “Ini agar PKS bisa menempatkan orangnya di kekuasaan. Soal syariat Islam dan sebagainya, sudah tidak relevan lagi bagi PKS,” ujar Wakil Ketua Fraksi PKS (FPKS) Zulkieflimansyah, di Jakarta, Jum’at (30/12/2009)
(http://warnaislam.com/berita/negeri/2009/1/30/66000/Zulkieflimansyah_Pemilu_2009_PKS_Tak_Jualan_Syariat_Islam.htm).
Berita serupa juga muncul di website Kompas dan PKS sendiri.
“Caranya, mendudukan umat Islam di kursi kekuasaan. Bagi kami di PKS, tidak lagi penting bicara tentang negara Islam, syariat Islam, itu sudah agenda masa lalu lah. Ummat Islam harus diajar modernisasi dan berkompetis. Nah, yang kami temukan di lapangan adalah konsituen PDI Perjuangan adalah hal yang harus kita cermati secara serius. Kalau PDI-P berkoalisi dengan PKS, ini ada agenda baru yang lebih besar, tidak ada lagi dikotomi Islam dan Nasionalis. Ini menjadi koalisi yang paling kami perhatikan,” jelasnya lagi.”
(http://www.kompas.com/read/xml/2009/01/30/19231656/PKS.Anggap.PDI.Perjuangan.Lebih.Nasionalis)
Kesimpulannya
kampanye hitam ini sebenarnya negatif, tapi kadang justru yang negatif ini lebih cepat nyebar dari kebaikan itu sendiri.
Jelas saja kampanye negatif ini akan menyerang seseorang atau kelompok tertentu. Tentu ini sangat buruk akibatnya dan tidak fair. [apapun, kata orang Politic is darty game, kalau nggak mau kotor ya jangan main politik.
Tapi, sebagai bahan evaluasi apakah politik ini akan terus dipakai dalam kehidupan bernegara. Apakah hanya itu cara memilih pemimpin? APakah tidak ada cara lain? Pasti ada! Sedangkan kita semua maklum, "produk" politik ini, sudah terbukti tidak layak pakai, mulai dari Pemimpin sampai dewan rakyat, sangat-sangat tidak ber-quality. Entahlah. System Democrazy ini jelas-jelas produk orang lain, rasanya sudah waktunya ditamatkan aja lagi riwayatnya. Nggak usah dipakai lagi.