Fenomena jenazah utuh setelah 20 tahun dikubur terjadi di Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Utuhnya jenazah itu diketahui setelah pihak keluarga menggali makam almarhumah Triyani bin Kartomulyo (52) yang berlokasi di Tempat Pemakaman Umum Kampung Bubulak.
Seperti dilansir TRIBUNNEWSBOGOR (TRIBUN Network), saat tanah makam digali, ternyata kain kafan almarhum dan bagian tubuhnya masih utuh.
Oleh anak-anak almarhum, jenazah Triyani kemudian dibawa menggunakan mobil ke rumah salah satu anaknya di Perum Taman Pagelaran.
Nanang Ariyanto (49), anak sulung Triyani mengatakan, ibunya meninggal dunia 19 tahun lalu, tepatnya tanggal 20 Juni 1994.
Ibunya meninggal dunia di rumah anak keduanya, Teguh (48) di Perumahan Taman Pagelaran, Blok D3 RT 1/11, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
“Almarhum ibu sebenarnya tinggal di Jawa, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Purworedjo, Jawa Tengah. Tapi, karena sakit kemudian dibawa ke Bogor dan tinggal di rumah adik saya ini. Tapi, baru tiga hari di Bogor, ibu meninggal,” ujar Nanang saat ditemui di rumah Teguh.
Karena terlalu jauh jika dimakamkan di kampung halamannya, kemudian Triyani dimakamkan di TPU Kampung Bubulak, tidak jauh dari rumah Teguh.
Hampir 20 tahun berlalu setelah meninggalnya Triyani, seluruh anak-anak almarhum kemudian sepakat memindahkan jenazah ibunya ke kampung halamannya di Purwodadi.
“Pemindahan makam ibu juga karena lokasi makam sebagiannya sudah mulai tergerus aliran kali Ciapus. Posisi air kali tinggal 80 centimeter lagi kena ke makam ibu, makanya daripada kebawa air, kita sepakat memindahkannya,” kata Nanang.
Tapi, alangkah kagetnya Nanang dan adik-adiknya yang lain saat mengetahui tubuh ibunya masih nampak utuh kendati sudah dimakamkan sejak hampir 20 tahun lalu.
Utuhnya jenazah ibunya kata Nanang, terlihat dari kain kafan yang masih membungkus tubuh Triyani.
“Walau tubuh ibu saya sudah menyusut, tapi saat dibopong tulang-tulangnya masih menempel,” katanya.
Hal senada dikatakan Teguh, adik Nanang.
Awalnya kata dia, mereka sudah menyiapkan kardus styrofoam untuk menyimpan tulang belulang ibunya.
“Tapi begitu mengetahui tubuh ibu masih utuh, kita masukkan ibu ke mobil dan dibawa ke rumah saya,” katanya.
Pihaknya keluarga pun kemudian membuat peti dengan ukuran panjang 1,5 meter dan lebar 50 sentimeter untuk menyimpan jenazah ibunya saat dibawa ke Purwodadi untuk dimakamkan kembali di tanah kelahirannya itu.
“Saya tidak tahu fenomena dengan kejadian ini. Tapi, mungkin karena amal baik beliau semasa hidupnya. Ibu saya dulu berjualan sayuran matang, dan suka membagikan dagangannya ke orang-orang yang membutuhkan,” kata Teguh.
Saat disambangi rumah Teguh di Perumahan Taman Pagelaran sempat melihat dari dekat kondisi jenazah Triyani yang dibaringkan di atas tikar plastik.
Kain kafan yang warnanya sudah memudar dan bercampur tanah masih utuh membungkus tubuh almarhum.
Demikian pula dengan ikatan kain kafan tersebut.
Tidak tercium mau tidak sedap dari jenazah yang sudah dimakamkan selama puluhan tahun lalu itu.
“Kalau papan yang menutup lubang makam sudah hancur, tapi jenazah ibu saya masih itu,” kata Ariswismanto (33) anak almarhum lainnya.
Sumber:tribunnews.com